Pengertian Manajemen Supply Chain dan 6 Tantangan & Solusi Untuk Perusahaan

Pengertian Manajemen Supply Chain dan 6 Tantangan & Solusi Untuk Perusahaan

Saat ini kompetisi di pasar industri begitu ketat, sehingga tidak hanya berlomba merebut hati konsumen domestik, tetapi juga bersaing menembus pasar global. Terlebih, saat ini adalah era globalisasi dan ekonomi pasar bebas yang dilakukan oleh organisasi seperti: World Trade Organization (WTO), Asean Free Trade Area (AFTA), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dll, yang semakin menambah sengitnya persaingan pasar global. 

Untuk itu, setiap perusahaan harus berupaya agar bisnis dapat berkembang di pasar masing-masing dan tetap melakukan efisiensi untuk meningkatkan keuntungan. Salah satu strategi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan adalah dengan manajemen supply chain. 

Harapannya, dengan manajemen supply chain, sistem distribusi barang akan lebih cepat tetapi dengan biaya distribusi yang tetap minim. Sehingga, memberikan keuntungan bagi bisnis maupun menjaga kepercayaan konsumen.

Baca juga : 6 Elemen Retail Mix Untuk Manajemen Bisnis Ritel Yang Lebih Baik

Pengertian Manajemen Supply Chain

Pengertian Management Supplay Chain
source : pexels.com

Management supply chain (manajemen rantai pasokan) merupakan suatu sistem yang menyalurkan barang produksi maupun jasa kepada para pelanggannya. Supply Chain juga membentuk jaringan dari berbagai perusahaan yang saling berhubungan dengan tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin mendistribusikan atau penyaluran barang tersebut. Selain itu, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi.

Istilah “supply chain” seharusnya tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena memang dalam logistik maupun purchasing management, istilah tersebut lebih familiar dalam bahasa Inggrisnya. Sedangkan, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mungkin dapat digunakan istilah “rantai pasokan” atau “rantai penyediaan.”

Baca juga : Mengenal Istilah Ritel, Distributor & Prinsipal Dalam Dunia Distribusi

Konsep Manajemen Supply Chain

Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas, mulai dari bahan dasar hingga barang jadi yang dipakai konsumen akhir. 

Bisa dikatakan bahwa konsep supply chain adalah konsep logistics network. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu suppliers, manufacturer, distributors, retail outlets (retailers) dan customers.

– Supplier
Supplier
source : pexels.com

Jaringan pertama adalah supplier. Supplier berperan sebagai sumber yang menyediakan bahan pertama, di mana mata rantai pasokan barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan pendukung, bahan dagangan, sub-assemblies, suku cadang, dan lain-lain. Dalam praktiknya, supplier memiliki jumlah yang banyak, termasuk juga sub-suppliers. 

– Manufacturer
Manufacturer
source : pexels.com

Dari supplier, selanjutnya akan dihubungkan dengan rantai manufacturer (plants/assembler/fabricator). Manufacturer berperan sebagai pihak yang melakukan pekerjaan untuk membuat, merakit, atau menyelesaikan barang (finishing). 

Dalam manajemen supply chain, hubungan supplier dengan manufaktur ini berpotensi untuk menghasilkan penghematan, terutama  dalam proses pemenuhan stok bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak supplier

Tidak jarang pihak manufacturer menghasilkan penghematan sebesar 40% sampai dengan 60%, atau bahkan lebih. Perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan konsep supplier partnering untuk melakukan penghematan.

Baca juga : Strategi Mendistribusikan Produk Baru Dan Memilih Strategi Yang Tepat

Barang yang sudah jadi oleh manufacturer kemudian akan disalurkan kepada pelanggan. Walaupun ada banyak cara menyalurkan barang ke pelanggan, yang paling umum adalah melalui distributors. Cara ini umum ditemukan dalam  sebagian besar proses supply chain. Barang dari pabrik umumnya akan ditempatkan dulu di sebuah gudang/warehouse dan kemudian akan disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler (pedagang besar). Selanjutnya, pedagang besar akan menyalurkan barang dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang tersebut digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Dalam tahap ini, dibutuhkan lagi proses penghematan dalam bentuk penentuan jumlah stok dan biaya gudang dengan cara mendesain kembali pola-pola pengiriman barang dari gudang manufacturer ke toko pengecer (retail outlets).

Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun jumlahnya relatif tidak banyak. Kebanyakan menggunakan pola seperti di atas, yaitu melalui jalur supplier, manufacturer, distributor, dan sampai ke retail outlet.

Para pengecer atau retailer menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan atau pembeli. Contoh retailer atau pengecer ini antara lain: toko kelontong, toko serba ada, warung bahan pokok, toko swalayan, toko koperasi, mini market, dan sebagainya. 

Keuntungan Menggunakan Strategi Management Supply Chain

Dengan menganalisis keseluruhan proses rantai pasokan, dapat diperoleh keuntungan-keuntungan dari penerapan manajemen supply chain yang terstruktur secara baik. Keuntungan tersebut antara lain:

  • Mengurangi inventory barang dan biaya penyimpanan barang dengan berbagai cara, misalnya dengan hanya melakukan penyimpanan stok sesuai dengan demand pasar.
  • Menjamin kelancaran penyediaan barang. Mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, distributor, wholesaler, retailer, sampai kepada konsumen akhir.
  • Membenahi pengelolaan rangkaian distribusi mulai dari bahan baku hingga barang jadi dengan cepat dan efisien
  • Menjamin mutu bagus dalam barang mentah maupun barang jadi, serta menjamin mutu keamanan dalam pengirimannya.

Baca juga : Keuntungan Sales Force Automation Bagi Sebuah Bisnis

Tantangan Optimalisasi Manajemen Supply Chain dan Upaya Menghadapinya.

Manajemen supply chain saat ini sedang mengalami perubahan besar karena perubahan atau perkembangan pasar. Dulu, produk yang mempunyai brand atau nama yang kuat seakan-akan dapat mendikte pasar, dan pelanggan akan memiliki kecenderungan untuk mencari produk tersebut. 

Pabrik juga cenderung akan memasarkan langsung produk tersebut atau melalui retail outlet sendiri, dan hanya sebagian dari produksinya yang dialokasikan atau disalurkan melalui retail outlet di luar manajemennya.

Baca juga :  Tentang Sales Force Automation (SFA) Secara Detail

Namun, sekarang keadaan sudah lain. Pelanggan mempunyai pilihan yang banyak dan berada pada posisi untuk menentukan sendiri brand pilihan mereka. Retail outlet juga  semakin memiliki keleluasaan dalam menjual dan memajang produk yang dipilihnya sendiri berdasarkan kehendak dan selera pelanggan. 

Perkembangan tersebut mempengaruhi pula bagaimana cara mengoptimalkan supply chain sedemikian rupa sehingga mencapai manfaat yang lebih optimal. Upaya tersebut disesuaikan dengan tantangan yang terjadi di pasar masing-masing. Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengoptimalisasikan manajemen supply chain serta upaya menghadapinya.

1. Tuntutan Pelanggan yang Terus Berkembang

Tuntutan Pelanggan yang Terus Berkembang
source : pexels.com

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terjadi perkembangan dan perubahan dalam sifat, intensitas, ketergantungan, dan tuntutan para pelanggan. Dengan adanya globalisasi, terjadi begitu banyak dan begitu ketat persaingan antar perusahaan dan antar produk. 

Bagi para konsumen, ini merupakan keuntungan besar karena mereka mendapatkan harga yang lebih kompetitif, mutu barang yang lebih baik,  pilihan brand yang lebih banyak, penyediaan yang lebih cepat, hingga layanan lainnya yang menjadi lebih efisien dan optimal.

Oleh karena itu, supply chain yang tadinya lebih terfokus pada satu sisi, yaitu hubungan antar supplier dan manufacturer, kini harus melibatkan manufacturer, wholesalers, retailer dan konsumen. 

Inilah manifestasi dari strategi yang fokus pada konsumen disebut dengan consumer-oriented dalam manajemen supply chain. Tuntutan para pelanggan tidak boleh diabaikan dan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Para pelanggan (konsumen) biasanya akan menghindari penjual yang pernah mengecewakannya dan ingin memiliki pengalaman proses pembelian barang dan jasa yang menyenangkan. 

Itulah sebabnya, perusahaan harus bisa melakukan pendekatan pelanggan secara kreatif.

Dengan berkembangnya konsumen-konsumen dengan waktu yang semakin terbatas, mereka akan lebih menghendaki adanya pilihan barang yang lebih banyak dan terjangkau, tapi dapat diakses di satu tempat. Karena tuntutan pelanggan harus benar-benar diperhatikan, maka bisa disimpulkan bahwa pengendali utama dari manajemen supply chain adalah para konsumen.

Baca juga : Manfaat SFA Bagi Perusahaan dan Tim Penjualan

2. Kekuasaan Retailer yang Makin Besar

Kekuasaan Retailer yang Makin Besar
source : pexels.com

Pihak yang berhubungan langsung dengan konsumen adalah para retailer atau retail outlets. Pihak ini cenderung akan menanggapi kehendak dan tuntutan konsumen yang makin meningkat. 

Retail outlet harus memiliki kemampuan yang baik dalam  memperhatikan kenyamanan pelanggan, entah dari segi fasilitas outlet, pengadaan barang, dekorasi outlet, pelayanan, serta keramahan pegawai outletnya. 

Meskipun keputusan akhir dalam memilih barang ada pada konsumen, tetapi sampai batas tertentu retailer dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ini dengan berbagai cara. Misalnya dengan membuat display yang menarik untuk produk tertentu, memberikan diskon berkala, menawarkan promo pembelian, memberi bonus menarik sebagai hadiah, serta menawarkan produk kepada pelanggan secara aktif.

Perusahaan harus sadar bahwa melalui campur tangan retailer inilah produk akan sampai kepada konsumen akhir. Permasalahan dari retailer ini bisa diatasi dengan menentukan perjanjian yang jelas dalam hal pengaturan harga, produk, promosi, hingga layanan. 

Dengan begitu, retailer akan melakukan penjualan yang lebih optimal sesuai dengan target perusahaan yang ingin dicapai.

Baca juga : Apa Itu Sales Force Automation (SFA) Bagi Perusahaan Distributor?

3. Dilema Dalam Pencapaian Optimal

Pencapaian optimal secara khusus berasal dari kebijakan internal perusahaan sendiri. Langkah pertama yang sangat penting dalam melakukan manajemen supply chain yang baik adalah menggalang dan memperbaiki komunikasi harian di antara semua pelaku, mulai dari hilir sampai ke hulu (retailer, distributor, manufacturer, dan supplier). 

Komunikasi yang baik ini dapat mencegah keterlambatan dalam pengadaan barang maupun penumpukan barang di gudang yang berlebihan. Sayangnya, dalam prakteknya, seringkali dijumpai pihak yang mengabaikan pentingnya komunikasi ini. Realitanya adalah masih banyak pihak yang menganggap komunikasi sebagai sesuatu yang bersifat rahasia atau sering dikenal sebagai “silo” (tertutup). 

Kendala ini tidak hanya dijumpai dalam hubungan atau komunikasi antar perusahaan, tetapi juga dalam satu internal perusahaan, misalnya antara bagian logistik (penyedia barang) dan bagian teknik atau pabrik (pengguna barang). 

Oleh karena itu, dalam hal ini semua pihak perlu diyakinkan terlebih dahulu tentang perlunya membangun informasi yang terbuka, cepat, dan akurat mengenai hal-hal yang menyangkut penyediaan barang, agar semua pihak dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Baca juga : Mengapa Bisnis Anda Tak Bisa Mengabaikan Sales Force Automation (SFA)?

4. Kendala dalam Membangun Kepercayaan

Kendala dalam Membangun Kepercayaan
source : pexels.com

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen supply chain adalah membangun kepercayaan di antara semua pelaku supply barang dan jasa yang bersangkutan. 

Namun, dalam prakteknya terdapat banyak kendala, bahkan banyak yang tidak percaya bahwa hal tersebut sungguh-sungguh dapat dicapai. Beberapa hal yang melatarbelakangi kendala dalam membangun kepercayaan antara lain:

  • Masih banyaknya anggapan bahwa supplier adalah lawan atau bahkan musuh dalam berbisnis dan bukan mitra.
  • Masih banyaknya anggapan bahwa antara supplier dan perusahaan pada hakikatnya mempunyai tujuan yang berlainan, bahkan saling bertentangan. Padahal sebetulnya tujuan akhir mereka sama, yaitu sama-sama perlu perusahaan mereka untuk survive dan growth.
  • Dalam tahapan negosiasi, masih banyak pihak yang mengharapkan hasil win/ lose dan masih banyak yang belum mengenal konsep win-win negotiation (dimana semua pihak mendapatkan keuntungan).
  • Banyak yang masih fokus dalam membangun hubungan jangka pendek dan kurang melihat hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.

Jika ditinjau dari beberapa latar belakang tersebut, Maka, konsep-konsep baru seperti win-win negotiation maupun supplier partnering, perlu dikembangkan dalam manajemen supply chain internal perusahaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kepercayaan yang diperlukan dalam mengoptimalkan manajemen supply chain ini.

Baca juga : 7 Manfaat Sales Gamification yang Terbukti Meningkatkan Penjualan

5. Kendala Partnering 

Optimalisasi manajemen supply chain memerlukan aliran informasi yang lancar, transparan, dan akurat, serta memerlukan kepercayaan antar mata rantai pengadaan barang dan jasa. Hal ini hanya mungkin dilakukan melalui proses yang panjang dan antar pihak yang saling mengenal. Satu-satunya cara adalah melakukan partnering

Optimalisasi tidak mungkin dicapai apabila dilakukan oleh supplier yang berbeda-beda dan sering  berganti.  Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa partnering adalah salah satu solusi yang terbaik dalam melakukan optimalisasi manajemen supply chain.

Perlu disampaikan juga bahwa ada beberapa prinsip partnering yang perlu dipegang teguh dan dikembangkan terus-menerus, yaitu:

  • Memiliki tujuan yang sama (common goal).
  • Saling menguntungkan (mutual benefit).
  • Saling percaya (mutual trust).
  • Bersikap terbuka (transparent).
  • Menjalin hubungan jangka panjang (long-term relationship).
  • Terus-menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang/jasa.

Baca juga : 3 Elemen Penting Untuk Mencapai Sales Force Yang Sukses

6. Teknologi Informasi dan Komunikasi Kurang Dimaksimalkan

Teknologi Informasi dan Komunikasi Kurang Dimaksimalkan
source : pexels.com

Teknologi informasi dan komunikasi merupakan catalyst untuk supply chain, yaitu dapat mempercepat proses dan mempermudah manajemen supply chain secara efektif dan efisien. 

Keberhasilan manajemen supply chain tidak mungkin dapat dicapai tanpa menggunakan teknologi informasi. Teknologi tersebut bisa berupa hardware dan software yang terintegrasi dengan beberapa divisi perusahaan, dan  dapat mengintegrasikan real-time Point of Sales (POS) information, customer information, network dan pada akhirnya menghasilkan high-level effectiveness and efficiency.

Maka itu, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi harus diusahakan dengan pengadaan inventory system yang akurat dan mempercepat delivery time pembelian barang melalui software terpercaya.

Dari bahasan mengenai konsep pengertian dan tantangan optimalisasi manajemen supply chain di atas, jelas bahwa peran teknologi sangat penting untuk efektivitas distribusi dan supply barang agar sampai kepada konsumen dengan baik dan efisien. Salah satunya adalah pemanfaatan aplikasi atau software yang mudah dioperasikan, namun memberikan data supply barang dengan akurat, terintegrasi dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan profit secara maksimal. 

Baca juga : Manfaat DMS Pada Manajemen Sistem Distribusi Di Era Teknologi 4.0

Kini aplikasi SimpliDOTS menghadirkan inovasi yang terintegrasi untuk menyederhanakan tugas-tugas tim terkait di bidang distribusi barang. Software SimpliDOTS juga dilengkapi dengan berbagai fitur menarik yang didukung teknologi berbasis cloud untuk meningkatkan performa perusahaan distributor dan retailer.

Segera dapatkan aplikasi SimpliDOTS untuk mendukung kemudahan distribusi barang di perusahaan anda. Pengelolaan bisnis distribusi menjadi lebih efisien dan efektif dengan fitur seperti inventory management, account receivable & payable, sales & purchase, route management & tracking, business intelligent, hingga sales monitoring untuk memantau performa tim sales anda.

Yuk, jangan tunda lagi! Klik di sini untuk Coba Gratis selama 14 hari!

Bagikan Artikel ini via

Artikel Terkait